Hasil Tes Laboratorium Lambat, Pikirkan untuk Pindah Tempat Pengujian

ILUSTRASI/NET

PALANGKA RAYA– Pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Kalteng sedikit mengeluhkan kelambatan hasil tes laboratorium. “Doris memang agak lambat. Masih harus mengirim sampel ke Jakarta, sehingga memerlukan waktu. Sementara RSSI agak cepat, karena pemeriksaan dilakukan di Surabaya,” ujar Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalteng dr Suyuti Syamsul, Sabtu (28/3).

Suyuti mulai memikirkan untuk pindah tempat pengujian, agar hasil spesimen Covid-19 dapat lebih cepat diketahui. Langkah yang dipikirkan saat ini adalah dengan mengikuti apa yang sudah dilakukan RSSI. Alternatif lain, menggunakan labolatorium di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Dikutip dari Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group), Kementerian Kesehatan RI menetapkan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru, Kalimantan Selatan sebagai labolatorium Covid-19.

Penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/214/2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Covid-19.

Laboratorium pemeriksaan Covid-19 berhak menerima spesimen untuk pemeriksaan Covid-19 dari rumah sakit, dinas kesehatan, maupun laboratorium kesehatan lainnya. Di laboratorium ini dilakukan pemeriksaan screening pada spesimen Covid-19 menggunakan form dan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dengan demikian, tak perlu memeriksakan spesimen Covid-19 ke Surabaya atau Jakarta, guna memastikan positif atau tidaknya si pasien yang terindikasi terinfeksi corona.

“Saya akan kembali menyurati Kementerian Kesehatan agar membuat alternatif pemeriksaan di Banjarbaru, karena untuk ke sana bisa ditempuh melalui darat. Akan tetapi sepertinya (laboratorium, red) belum siap, karena alatnya belum datang, harus diimpor. Kami juga memiliki opsi membeli sendiri, tapi ini tidak mudah dan membutuhkan proses yang panjang. Jadi, semua langkah perlu dipertimbangkan secara matang,” jelasnya.

Kalteng baru saja mendapat bantuan 2.400 rapid test. Alat ini akan diprioritaskan bagi tenaga kesehatan yang terlibat dan tim gugus yang berpotensi besar terkena virus.

“Ini pun hanya screening, bukan diagnosis pasti. Perlu diketahui bahwa rapid test ini sensitivitasnya tidak begitu tinggi. Hanya 60 persen. Sehingga risiko negatif palsu dan positif palsu berada di 40 persen,” jelasnya.

Sementara itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalteng meminta kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk terus menjamin ketersediaan alat pelindung diri (APD) di tempat layanan medis, terutama bagi tenaga medis yang menangani pasien corona.

Karena APD sangat penting dan wajib digunakan oleh para tenaga medis kapan dan di mana pun sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

Jika APD tak tersedia atau tidak mencukupi, maka sangat tidak mungkin bagi dokter maupun petugas kesehatan masuk ke ruangan isolasi. Saat ini para anggota IDI tersebar di beberapa rumah sakit di Kalteng.

“Sejauh ini APD masih sangat cukup, dan kami akan tetap bekerja seperti biasa. Kami berharap APD ini diupayakan agar tetap tersedia. Dengan begitu, para tenaga medis bisa bekerja dengan baik dan nyaman,” ucap Ketua IDI Wilayah Kalteng dr Mikko U Ludjen kepada Kalteng Pos (Grup Kaltengpos.co), Sabtu (28/3).

Tenaga kesehatan seperti dokter spesialis paru, spesialis penyakit dalam, spesialis anak, spesialis anestesi, spesialis patologi klinik, spesialis mikrobiologi, spesialis THT, spesiakis radiologi, dokter umum, maupun tenaga medis yang bekerja di IGD dikategorikan paling rawan tertular virus.

Oleh karena itu, para tenaga medis yang terlibat dalam perang melawan Covid-19 ini, Mikko mengimbau agar tetap menjaga kesehatan, selalu berhati-hati selama bekerja di tempat tugas masing-masing.

“Selalu memakai APD yang sesuai dengan level. Mohon doa untuk dokter dan tenaga medis yang menangani langsung pasien. Semua mengalami kelelahan dan rasa kawatir karena harus meninggalkan keluarga di rumah,” katanya.

Meski demikian, lanjutnya, tenaga medis harus tetap semangat dan berjuang untuk membantu masyarakat, khususnya Kalteng, dalam upaya penanganan kasus Covid-19.

“Semoga wabah ini cepat berlalu. Masyarakat harus terus diedukasi agar tetap diam di rumah masing-masing, menjaga kebersihan, jaga kesehatan diri dan lingkungan, dan jaga jarak dengan orang lain” harapnya.

Di tempat terpisah, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalteng, Leonard S Ampung mengatakan, 2.000 APD yang diterima dari pemerintah pusat akan secepatnya diserahkan kepada semua fasilitas kesehatan (faskes) di Kalteng.

“Ini dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 di Kalteng. Perlu langkah-langkah cepat, tepat, focus, dan terpadu di bawah kepemimpinan Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran ,” katanya kepada Kalteng Pos, Sabtu (28/3).

Lebih lanjut dijelaskannya, 2.000 APD yang diterima ini berdasarkan jumlah OPD dan PDP serta pasien yang positif Covid-19.

“Selain itu, pembagian APD berdasarkan ketersediaan logistik dan peralatan yang ada di rumah sakit,” pungkas pria yang juga menjabat kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Provinsi Kalteng ini.

Dengan adanya pembagian APD untuk setiap fasilitas kesehatan maupun  RS yang ada di Kalteng, pihaknya berharap upaya penanganan Covid-19 bisa berjalan dengan maksimal.

“Kami juga masih menunggu kiriman APD yang sudah dipesan sebelumnya,” ungkapnya. 

Editor :ram/dar
Reporter : nue

388 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.