Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, orang-orang rela membeli hand sanitizer atau pembersih tangan dengan harga mahal. Hal berbeda dilakukan para guru SMKN 1 Banjarbaru, mereka justru terpikir untuk membuat hand sanitizer sendiri.
SUTRISNO, Banjarbaru
Sama seperti sekolah menengah kejuruan lain, SMKN 1 Banjarbaru, dua hari lalu menggelar ujian nasional berbasis komputer (UNBK) hari kedua. Sejumlah siswa tampak berbaris di depan kelas untuk bergantian membersihkan tangan mereka menggunakan hand sanitizer, sebelum memasuki ruang ujian.
Ada yang berbeda dari hand sanitizer yang mereka gunakan. Botolnya terlihat tidak ada merek produknya. “Hand sanitizer ini buatan kami sendiri, jadi tidak ada mereknya,” kata Kepala SMKN 1 Banjarbaru, Rosehan Anwar kepada Radar Banjarmasin (Grup Kaltengpos.co) saat bersama-sama memantau para siswa menggunakan hand sanitizer.
Dia mengungkapkan, pembersihan tangan sebelum melaksanakan ujian merupakan imbauan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel. Sehingga, menurutnya hal itu wajib dilakukan guna menghindari Covid-19.
“Pada hari pertama UNBK Senin (16/3) kami menggunakan sabun. Tapi ribet karena harus menyediakan air untuk membilas. Pagi tadi ternyata ada guru yang berinisiatif membuat hand sanitizer,” ungkapnya.
Guru yang dia maksud ialah Agus Riyadi. Pengajar jurusan desain grafis di SMKN 1 Banjarbaru ini mendapatkan ide membuat hand sanitizer dari istrinya yang merupakan dosen jurusan Kimia Industri di Politeknik Malang.
Rosehan pun meminta seorang guru untuk memanggil Agus, guna menjelaskan bahan apa yang digunakan untuk membuat hand sanitizer. “Mulai dari bahan sampai dosisnya dia dapatkan dari istrinya,” ujar Rosehan.
Beberapa menit kemudian Agus datang. Pria murah senyum ini tidak keberatan menjelaskan sedikit tentang kandungan hand sanitizer yang diraciknya. “Bahan yang kami gunakan semua aman. Dosisnya juga pas, sesuai penjelasan dari istri saya,” katanya.
Agus mengungkapkan, bahan utama yang dia pakai untuk membuat hand sanitizer adalah alkohol etanol yang berfungsi sebagai antiseptik. Setelah itu, dicampur dengan pelembab kosmetik dan sedikit cairan produk antiseptik.
“Kebetulan kami punya stok alkohol etanol tak terpakai bantuan dari pemerintah untuk laboratorium beberapa tahun yang lalu, kalau tidak ada itu mungkin kami kesulitan mencari alkohol. Karena, alkohol sekarang langka,” ungkapnya.
Dijelaskannya, alkohol etanol aman digunakan lantaran biasanya untuk campuran makanan dan minuman. Beda dengan alkohol metanol yang sering dipakai sebagai pelarut industri, bukan untuk dikonsumsi. “Pelembabnya juga aman, jadi kalau pakai hand sanitizer ini kita bisa memegang makanan,” jelasnya.
Untuk meraciknya, Agus dibantu oleh Hafilludin, salah seorang guru jurusan perhotelan di SMKN 1 Banjarbaru yang juga aktif di PMI Kalsel. “Karena dia tahu bagaimana cara menakar dosis bahan-bahannya,” ujar Agus.
Hafilludin juga meyakini hand sanitizer yang mereka buat aman bagi kesehatan. “Dosis kami ukur menggunakan gelas ukur di laboratorium. Jadi, takarannya aman. Sesuai WHO,” bebernya.
Sementara itu, Kepala SMKN 1 Banjarbaru, Rosehan Anwar mengaku beruntung sekolahnya bisa membuat hand sanitizer sendiri. Pasalnya, persediaannya di apotek saat ini sangat langka. “Kalaupun ada harganya sekarang mahal,” paparnya.
Terkait alkohol etanol yang digunakan, mereka menerima bantuan dari pemerintah antara 2014 atau 2015. Namun tak terpakai lantaran di SMKN 1 Banjarbaru tak ada jurusan kimia. “Pada saat itu semua SMK dapat bantuan peralatan kimia,” katanya.
Rosehan mengaku akan terus menggunakan hand sanitizer buatan para guru untuk kebersihan tangan para siswanya. “Sampai ujian berakhir dan anak kelas lain masuk sekolah, hand sanitizer ini bakal terus kami gunakan,” pungkasnya.
Editor :dar
Reporter : ris/ay/ran