PALANGKA RAYA- Rangkaian peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942 sedikit berbeda. Wabah virus corona membuat beberapa rangkaian acara yang biasanya diikuti banyak umat, terpaksa dibatasi. Bahkan ada acara yang ditunda dan ditiadakan. Hal ini menimbang imbauan pemerintah demi meminimalkan penyebaran Covid-19 ini. Umat Hindu pun memaklumi ini. Mereka mendukung pemerintah untuk bersama-sama melakukan pencegahan.
Selasa (24/3), suasana di Pura Pitamaha Padma Bhuana Palangka Raya tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, sehari sebelum Hari Raya Nyepi, ribuan umat Hindu berkumpul menggelar upacara Tawur Kesanga maupun Melasti. Kemarin pagi, pura yang berada di Jalan Kinibalu tersebut tidak sepadat tahun lalu. Demi mengindari berkumpulnya massa, ritual Tawur Kesanga hanya diikuti sebagian umat Hindu.
Upacara persembahyangan Tawur Kesanga di Pura Pitamaha Padma Bhuana dipimpin oleh Pemangku Gede Made Suparma dan Oka Swastika. Upacara ini diikuti oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Kalteng I Nyoman Sudyana, Ketua PHDI Palangka Raya, Ketua Suka Duka Umat Hindu Palangka Raya, para tokoh umat Hindu Kaharingan, dan pengurus lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua PHDI Kalteng I Nyoman Sudyana mengucapkan terima kasih kepada ketua beserta segenap warga pengurus Suka Duka Kota Palangka Raya, yang telah menyiapakan rangkaian acara Hari Raya Nyepi, mulai dari upacara Melasti hingga Tawur Kesanga, sehingga dapat berlangsung dengan khidmat dan lancar.
Seharusnya, kata I Nyoman Sudyana, rangkaian acara ini ditutup dengan upacara Ngembak Geni. Namun, melihat situasi dan kondisi saat ini, ia mengharapkan umat Hindu menghormati keputusan pemerintah. Karena itu, pelaksanaan persembahyangan Ngembak Geni dilaksanakan di rumah masing-masing.
“Dengan melihat kondisi yang sekarang ini, kami menghargai dan menghormati aturan yang diterapkan oleh pemerintah, demi menjaga masyarakat agar tidak terdampak penyebaran virus corona. Maka dari itu, umat yang mengikuti upacara pun kami batasi. Hanya para tokoh dan para pengurus yang hadir,” ucap Sudyana kepada Kalteng Pos usai membacakan sambutan.
Sementara itu, Pemangku Oka Swastika menuturkan, pihaknya mengikuti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, juga ada petunjuk dari ketua PHDI pusat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, dan lembaga-lembaga agama dan keagamaan provinsi yang telah mengadakan pertemuan pada 16 Maret lalu.
“Kami sepakat dan mengambil sikap, salah satunya mengikuti segala petunjuk SOP dari pemerintah, khususnya dari Kementerian Kesehatan. Dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942, untuk prosesi dan ritual keagamaan akan kami sesuaikan,” terangnya.
“Misalkan ada ritual Kelaut/Sungai (Melasti) itu kami tiadakan. Tidak banyak petugas yang kami libatkan dalam kegiatan di pura, seperti yang mengikuti proses persembahyangan (Tawur Kesanga) sekarang ini (kemarin). Hanya melibatkan pemangku dan pengurus inti Suka Duka,” jelas Oka.
Oka berharap semua umat Hindu di Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya, agar dapat menahan diri dan menghormati kebijakan pemerintah.
“Tidak ada niat pemerintah untuk menyusahkan dan mempersulit rakyatnya. Mereka mengeluarkan kebijakan tersebut agar rakyat dapat selamat dan terlindungi dari penyebaran virus corona,” tutur Oka.
Prosesi upacara Tawur Kesanga di Pura Pitamaha Padma Bhuana ditutup dengan pembakaran ogoh-ogoh atau lebih dikenal dengan nama Pengerupukan. Ritual itu diselingi dengan doa agar musibah yang sedang melanda Indonesia dan dunia saat ini segera berakhir.
Editor :ala/dar
Reporter : pra