
PALANGKA RAYA – Penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi, dan diabetes atau kencing manis, harus lebih waspda. Dua penyakit ini jika tak terkendali bisa menyebabkan gagal ginjal. Ujung-ujungnya penderita harus menjalani cuci darah.
“Penyakit kronis yang paling gampang menyebabkan penyakit gagal ginjal adalah hipertensi dan kencing manis. Jika dua penyakit ini tidak terkontrol, sudah pasti bisa terjadi penyakit ginjal kronis,” kata dr Suyanto SpPD, kepada Kalteng Pos di sela-sela peringatan Hari Ginjal Sedunia di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, Jumat (13/3).
Puncak peringatan Hari Ginjal Sedunia tahun ini jatuh pada Kamis 12 Maret. Rangkaian peringatan Hari Ginjal ini telah dimulai sejak Kamis dengan melaksanakan senam ginjal. Selain itu, ada juga sosialisasi tentang penyakit ginjal yang diikuti 80 orang.
Kemudian dilanjutkan visitasi oleh ahli ginjal, dr Widodo dari Surabaya, serta kunjungan ke fasilitasi hemodialisa RSUD dr Doris Sylvanus. Rencananya akan ada penambahan mesin cuci darah dan pembangunan gedung baru Hemodialisa.
“Selesai visitasi, dilanjutkan kuliah umum dari dr Widodo untuk penyegaran para dokter tentang tata laksana pencegahan dini penyakit ginjal,” ungkap dr Budi Darma SpPD selaku ketua Panitia Peringatan Hari Ginjal Sedunia.
Kegiatan yang dilaksanakan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dilanjutkan Jumat (13/3) dengan senam bersama di RSUD dr Doris Sylvanus. Kegiatan ini diikuti para dokter dan karyawan di rumah sakit itu. Selesai senam, peserta menjalani pemeriksaan gula darah, pengukuran tensi, dan pengukuran indeks massa tubuh sebagai upaya deteksi dini penyakit ginjal.
Tahun ini, tema peringatan Hari Ginjal Seduni adalah “Kesehatan Ginjal Bagi Semua Orang, Dimana Saja, Mulai dari Pencegahan, Deteksi Dini dan Akses Pelayanan Kesehatan yang Memadai”.
“Jadi urutannya, mencegah dengan sesegera mungkin mendeteksi. Kemudian ada kemudahan mencapai tempat pelayanan kesehatan jika sudah menderita sakit. Itu bisa dilakukan di mana saja dan siapa saja,” ujar dr Suyanto, salah satu dokter penyakit dalam senior di RSUD Doris Sylvanus.
Menurut Suyanto, saat ini penyakit ginjal tidak mengenal umur. Tak hanya orang tua, yang muda dan remaja juga bisa terkena. Ini bisa dilihat dari banyaknya pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah. Sebagian pasien usianya masih muda.
Karena itu, setiap orang perlu mengetahui faktor-faktor yang bisa membawa risiko penyakit ginjal. Selain tekanan darah tinggi dan kencing manis, faktor lainnya adalah penyakit batu ginjal. Kemudian minuman bersuplemen yang dikonsumsi berlebihan.
“Di usia muda, kerusakan ginjal biasanya disebabkan terlalu banyak minum suplemen berenergi. Sementara minum air putihnya berkurang. Beberapa pasien yang menjalani cuci darah di sini, latar belakangnya banyak minuman suplemen,” cerita dr Suyanto.
Sementara pada wanita, faktor risiko lebih banyak lagi. Selain masalah di atas, juga beberapa dari tumor leher rahim, penyakit lupus, serta kelainan imunulogis.
“Urutan-urutannya, pertama hipertensi, kedua kencing manis, ketiga batu ginjal, keempat suplemen-suplemen. Khusus wanita, kanker leher rRahim,” ujar dr Suyanto tentang penyebab gagal ginjal..
Bagaimana mendeteksi gangguan awal pada ginjal, menurut dr Suyanto, setiap penderita hipertensi dan kencing manis, minimal harus rutin melakukan pemeriksaan air kencing ke laboratorium. Pemeriksaan ini untuk mengetahui, apakah sudah ada kebocoran proteinnya. Kalau ada kebocoran, berarti sudah ada tanda kerusakan ginjal.
Orang yang punya keluarga menderita gagal ginjal, orang yang lahirnya premature, ini juga harus melakukan pemeriksaan air kencing atau urine secara rutin, untuk deteksi dini. “Ada pasien kita sudah 10 tahun menjalani cuci darah. Dulunya dia lahir premature,” ujar Suyanto.
Bagi penderita hipertensi dan kencing masnis setelah cek urine, ada tanda-tanda gangguan ginjal, menurut dr Suyanto masih bisa diobati. Diberikan obat-obat yang melindungi ginjal. Obat ini harus dikonsumsi.
Menurutnya, saat diketahui ada gangguan ginjal sampai terjadi gagal ginjal itu berproses lama. Perlu waktu bertahun-tahun. Karena itu penting dilakukan pemeriksaan rutin untuk melakukan pencegahan dini.
“Bagi penderita hipertensi, dia harus punya target mengendalikan hipertensi di bawah140/90. Sedangkan bagi penderita kencing manis, gula darahnya harus di bawah 7. Jika bisa terkendali, dan pemeriskaan urine negatif, maka aman,” ujarnya.
Sekadar diketahui, pasien cuci darah di RSUD Doris Sylvanus terus bertambah. Kapasitas mesin yang ada tidak mampu. Penderita yang terdaftar ada 157 orang. Sementara kapasistas mesin untuk dipakai tiga kali sehari, hanya mampu melayani 126 orang. Jadi masih ada selisih 33 orang.
Karena itu, ada rencana untuk membangun dan memperluas lagi ruang hemodialisa. Setiap mesin butuh ruangan 8 meter persegi. Rencananya RSUD Doris Sylvanus akan membangun gedung baru untuk ruang Hemodialisa. (sma/k/ens)