
JAKARTA – Kementerian Agama (kemenag) menerbitkan Surat Edaran (SE) terkait Panduan Ibadah Ramadan dan Idulfitri 1 Syawal 1441H di tengah Pandemi Wabah Covid-19. Surat tersebut ditujukan kepada Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, Kepala Kankemenag Kab/Kota, dan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) seluruh Indonesia.
“Surat Edaran ini dimaksudkan untuk memberikan panduan beribadah yang sejalan dengan Syariat Islam sekaligus mencegah, mengurangi penyebaran, dan melindungi pegawai serta masyarakat muslim di Indonesia dari risiko Covid-19,” jelas Menteri Agama RI, Fachrul Razi, dalam siaran persnya, Senin (6/4).
Dia menyebutkan, selain terkait pelaksanaan ibadah Ramadan dan Hari Raya
Idulfitri, Surat Edaran ini juga mengatur tentang panduan pengumpulan dan
penyaluran zakat. Sama halnya dengan tarawih, ibadah seperti tilawah dan
tadarus Al-Qur’an juga diharapkan Menag dapat dilaksanakan di rumah
masing-masing saja.
“Tilawah atau tadarus Al-Qur’an dilakukan di rumah masing-masing berdasarkan perintah Rasulullah SAW untuk menyinari rumah dengan tilawah Al-Qur’an,” imbuhnya seraya mengimbau agar umat muslim tidak melakukan tradisi sahur on the road atau ifthar jama’i (buka puasa bersama) yang biasanya melibatkan banyak orang.
Imbauan ini juga berlaku untuk buka puasa bersama yang dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan, lembaga swasta, masjid maupun musala. “Buka puasa bersama baik dilaksanakan di lembaga pemerintahan, lembaga swasta, masjid maupun musala ditiadakan,” tandas Menag. (jpnn)
GARIS BESAR ISI PANDUAN:
1. Umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan dengan baik
berdasarkan ketentuan fikih ibadah.
2. Sahur dan buka puasa dilakukan oleh individu atau keluarga inti, tidak perlu
sahur on the road atau ifthar jama’i (buka puasa bersama).
3. Salat Tarawih dilakukan secara individual atau berjemaah bersama keluarga
inti di rumah.
4. Tilawah atau tadarus Alquran dilakukan di rumah masing-masing berdasarkan
perintah Rasulullah SAW untuk menyinari rumah dengan tilawah Al Qur’an.
5. Buka puasa bersama baik dilaksanakan di lembaga pemerintahan, lembaga
swasta, masjid maupun musala ditiadakan.
6. Peringatan Nuzulul Qur’an dalam bentuk tablig dengan menghadirkan penceramah
dan massa dalam jumlah besar, baik di lembaga pemerintahan, lembaga swasta,
masjid maupun musala ditiadakan.
7. Tidak melakukan iktikaf di 10 (sepuluh) malam terakhir bulan Ramadan di
masjid/musala.
8. Pelaksanaan Salat Idulfitri yang lazimnya dilaksanakan secara berjamaah,
baik di masjid atau di lapangan ditiadakan, untuk itu diharapkan terbitnya
Fatwa MUI menjelang waktunya.
9. Agar tidak melakukan kegiatan Salat Tarawih keliling, takbiran keliling
10. Silaturahmi atau halalbihalal yang lazim dilaksanakan ketika hari raya Idulfitri, bisa dilakukan melalui media sosial dan video call/conference.
11. Pengumpulan Zakat Fitrah dan/atau ZIS (Zakat, Infak, dan Shadaqah), diimbau
membayarkan zakat hartanya segera sebelum puasa Ramadan sehingga bisa terdistribusi kepada Mustahik lebih cepat.
Sumber: Kemenag