Kilat: Rumah Saya Digedor-gedor, Dia Minta Menelepon Polisi

Cerita Tetangga yang Menyelamatkan Anak Korban

PALANGKA RAYA-Jumat malam (23/9), Surya Kilat kaget bukan kepalang. Ketika sedang asyik menonton siaran TV di dalam kamar, pria 59 tahun itu dikejutkan oleh suara pintu rumah yang digedor-gedor dengan sangat keras. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB.

Karena penasaran, Kilat pun bergegas menuju pintu rumahnya. Setelah dibuka, di depannya berdiri seorang gadis dalam keadaan basah kuyup. Kakinya penuh lumpur hitam. Gadis yang belakangan diketahui berinisial MY (17) tersebut, dengan suara terbata-bata diiringi isak tangis, memohon kepadanya untuk segera menelepon polisi.

“Dia (MY) datang ke sini dalam keadaan gugup, takut, dan kalut, dengan suara lirih dia bilang; ayah saya dibacok orang,” kata Kilat saat berbincang dengan wartawan, Minggu (25/9).

“Lalu dia minta saya telepon polisi, saya enggak tega melihat kondisinya seperti itu, saya suruh dia tinggal di rumah saya untuk bersembunyi,” tambah Kilat.

Tidak mudah bagi MY untuk sampai ke rumah Kilat. Anak dari pasangan Ahmad Yendianor (46) dan Fatmawati (45) harus berlari dari rumahnya di Gang Kamboja, Jalan Cempaka, Kelurahan Langkai, Palangka Raya. Gadis berusia 17 tahun itu kabur melewati pintu belakang rumahnya, berlari tak tentu arah, hingga pada akhirnya sampai di salah satu rumah yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.

Rumah tersebut adalah milik Kilat. Terletak di belakang rumah tetangga yang berada di belakang rumahnya. Di antara rumah tetangganya dan rumah Kilat, terpisahkan oleh pekarangan.

Menurut pengakuan Kilat, malam itu sedang turun hujan. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Usai memastikan MY aman di rumahnya, Kilat bergegas memanggil tetangga. Kemudian bersama kedua tetangganya mereka menuju ke rumah RT menggunakan mobil. Tujuan mereka untuk menyampaikan informasi kepada ketua RT, untuk selanjutnya bersama-sama menuju rumah MY yang merupakan lokasi kejadian.

“Malam itu kami berlima, saya bersama dua tetangga dekat serta bapak RT dan anaknya, kami menuju ke TKP menggunakan mobil karena memang saat itu sedang hujan,” tuturnya.

“Selain itu, kami juga punya alasan menggunakan mobil, karena kami waswas dikejar pelaku, kalau pakai motor kan bisa bahaya,” tambahnya.

Kilat memperkirakan selisih waktu antara MY datang ke rumahnya dengan saat ia bersama tetangga dan ketua RT mendatangi tempat kejadian sekitar 20 menit.

“Jadi MY datang ke rumah saya pukul 22.00 WIB lewat sedikit, setelah itu saya bergegas memanggil tetangga dan bapak RT untuk datang ke tempat kejadian, itu sekitar 20 menitan, jadi kami sampai di sana sekitar pukul 22.30 WIB,” jelasnya.

Kilat mengaku cukup kaget dengan kedatangan MY malam itu. Karena jarak rumah mereka cukup jauh. Bukan tetangga dekat. Selain itu, interaksi dengan korban pun hanya terjadi saat peringatan hari besar yang lingkungan RT setempat.

“Seperti 17-an (perayaan 17 Agustusan) kemarin, sebelum 17-an kami bertemu, ngobrol kok, tapi sesudah itu enggak terlalu dekat lagi, karena jarak rumah kami bisa dibilang cukup jauh,” ungkapnya. 

Usai melihat ke tempat kejadian perkara, pria pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) itu sempat menanyakan kepada MY bagaimana caranya bisa sampai ke rumahnya.

Jawaban yang didapatkan, MY berlari tak tentu saat merasa aman, setelah menyaksikan pembunuhan yang menimpa orang tuanya.

“Mungkin seperti itu, setelah dia merasa aman, datang ke sini, gedor pintu rumah kami, lalu minta kami melepon polisi karena ayahnya kena bacok orang,” tutur Kilat.

Melalui informasi yang didapatkan dari MY selaku anak korban, Kilat mengetahui bahwa pekarangan sebelah rumahnya tembus ke pekarangan tetangga belakang rumah korban, walaupun terhalang oleh pagar seng dan selokan yang berlumpur hitam. Rute tersebutlah yang dilalui Maya untuk melarikan diri usai melihat kejadian pembacokan malam itu.

Kilat pun tak menyangka bahwa kejadian tragis menimpa orang tua MY. Karena menurutnya kedua korban dikenal sebagai sosok yang baik di masyarakat.

 “Orang tuanya baik, berinteraksi dengan kita enggak ada macam-macam, kemarin saat persiapan peringatan 17-an, mereka juga aktif,” ucapnya.

Selain itu, menurut penuturan beberapa tetangga dekat korban, sehari-hari korban bersikap baik terhadap tetangga. Saling bertegur sapa dan menunjukkan keramahan. Beberapa tetangga yang sudah lama tinggal berdampingan dengan korban, mengaku selama ini korban tidak pernah menunjukkan perangai buruk. (*dan/ce/ala/kpfm101)

271 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.