
KPFM, PALANGKA RAYA – Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) Perwakilan Kalteng menyelenggarakan workshop studi kasus dan pembelajaran stunting Provinsi Kalteng. Kegiatan dilakukan di Hotel Fovere Kamis 1/12.
Pelaksana Tugas Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah, Dr. Dadi Ahmad Roswandi mengatakan, berdasarkan Data SSGI tahun 2021, prevalensi stunting di provinsi setempat adalah 27,4 persen.
“Capaian-capaian ini masih di atas standar dari Badan Kesehatan Dunia WHO yang memberikan batas toleransi prevalensi stunting di suatu negara yaitu sebesar 20 persen,” jelasnya, di Palangka Raya.
Stunting lanjutnya, merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam waktu yang lama ditandai dengan tubuh pendek, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak.
“Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi yang meliputi praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses ke makanan bergizi, serta kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi,” tuturnya.
Dia menambahkan, Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Percepatan Penurunan Stunting, terdapat beberapa Program yang diinisiasi oleh BKKBN dan mitra kerja yang diharapkan dapat memberikan kontribusi secara signifikan dalam percepatan penurunan stunting seperti adanya Program Kerjasama penelitian/Kajian Stunting di daerah. Dan dalam hal ini telah dilakukan Kerjasama penelitian kajian Stunting BKKBN Perwakilan Kalimantan Tengah dengan Poltekes Kemenkes P. Raya. (Dha-KPFM)