Junaidi: Jika Ada Unsur Pencemaran Nama Baik, Siap Lapor Balik

PALANGKA RAYA-Hubungan Ketua Umum DPD Demokrat Kalteng H Nadalsyah atau yang biasa disapa Koyem dengan HM Sriosako sedang kurang adem. Sriosako yang juga merupakan anggota fraksi DPRD Kalteng, secara mengejutkan melaporkan pimpinannya di partai berlambang bintang mercy itu ke Ditreskrimum Polda Kalteng pada Senin (29/5).
Sako -sapaan akrab Sriosako melaporkan dugaan tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan yang diduga dilakukan oleh H Koyem. Ditemui di Mapolda Kalteng, Sako menjelaskan kronologi yang mendorongnya membuat laporan kepolisian. Berawal dari pesan WhatsApp dari H Koyem yang diterimanya pada 25 Maret 2023 dalam bahasa Dayak Bakumpai, yang isinya ingin bertemu setelah lebaran. Chat atau percapakannya dengan H Koyem tersebut dilampirkan dan ditunjukkan Sako kepada media saat melapor ke Polda Kalteng, Senin (29/5).
Sako merasa pesan yang disampaikan Koyem bernada menantang, karena ada kalimat mencoba kahanyi, yang dalam bahasa Indonesia berarti mencoba keberanian.
“Kalau mencoba keberanian itu artinya berkelahi, karena ada ajakan untuk berduel dan saya juga memiliki jiwa keberanian, maka langsung kubalas oke,” ungkap Sako di hadapan awak media di Polda Kalteng, kemarin.
Terakhir, pada 11 Mei Sako mengirim pesan kepada Koyem untuk bertemu di Lapangan Tuah Pahoe. Sako menyebut saat itu Koyem membalas sedang berada di Bandara Jakarta untuk perjalanan kembali ke Palangka Raya. Setelah itu Sako tidak lagi mendapat pesan dari Koyem, sehingga menganggap tidak ada penyelesaian.
“Jangan-jangan saat aku dalam keadaan lengah, bisa saja terjadi, mengkhawatirkan pasti, kalian juga merasa waswas,” ucap Sriosako.
Sriosako beralasan melaporkan hal itu karena ingin berjaga-jaga. Ia khawatir ada oknum tak dikenal yang berniat melakukan tindakan tertentu kepadanya kaoan pun dan di mana pun, atau sebaliknya ia yang khilaf lalu menyerang Nadalsyah.
“Artinya tujuan saya memang ingin berdamai, ini juga menjadi pembelajaran untuk yang lain agar tidak boleh mengajak orang atau menantang orang, karena ada konsekuensi hukumnya, tapi setelah saya merasa tidak ada jawaban, artinya tidak ada penyelesaian, dan saya pun merasa terancam,” ucap Sriosako.
Untuk mengetahui latar belakang Nadalsyah mengirim pesan seperti itu, Sriosako menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan.
Andaikan persoalan ini berkaitan dengan perbedaan pendapat dalam internal partai, Sriosako menganggap hal seperti itu biasa saja. Apalagi Koyem merupakan Ketua DPD Partai Demokrat Kalteng. “Kalau ini bersangkutan dengan beda pandangan dalam urusan partai, tidak seharusnya melibatkan hal-hal pribadi,” tegas Sriosako.
Mengenai adanya laporan tersebut, Koyem mengaku tidak tahu. Ia menyebut Sriosako selalu marah-marah. Padahal Koyem tidak pernah menekan. “Bahkan dia (Sako) sama istrinya banyak saya bantu, Junai (Sekretaris DPD Demokrat) dan orang-orang di DPD tahu gimana saya terhadap dia, tetapi dia selalu mau mengguling saya dari posisi ketua DPD, bahkan mengajak beberapa ketua DPC membentuk Gerakan Anti Koyem (GAK),” kata Koyem tadi malam.
Koyem mengaku sudah bertahun-tahun bersabar. Hingga saat sedang berada di Jakarta, Sako diketahui mengajak lagi beberapa ketua DPC untuk melaporkan dirinya ke kepolisian. “Mereka (DPC) kasih tahu ke saya, dari situlah saya chat dia dengan bahasa Dayak Bakumpai, yang isinya; Pak haji sampai nanti habis lebaran, kita ketemu berduaan saja, kalau berani enggak usah ngajak-ngajak orang. Nah, narasi chat yang seperti ini yang dia laporkan ke Polda,” terang Koyem.
Sementara itu, Sekretaris DPD Demokrat Kalteng H Junaidi menyebut, pesan Nadalsyah terhadap Sriosako tidak berisikan hal yang kurang menyenangkan. Junaidi menegaskan, sebenarnya kalimat mengancam malah muncul dari Sriosako. “Balasan pesan Nadalsyah terhadap Sriosako itu diakibatkan Sriosako yang menyudutkan, memprovokasi, dan menantang Nadalsyah,” beber Junaidi.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Sekretaris DPD Demokrat Kalteng Muhammad Faisal menceritakan situasi yang terjadi saat bimbingan teknis anggota DPRD kota dan provinsi yang dilaksanakan oleh DPP Partai Demokrat. Kala itu Sriosako menyampaikan kepada ketua DPC bahwa dirinya akan membuat GAK atau Gerakan Anti Koyem. Sako juga juga menyebut dirinya berperan dalam menurunkan sebagai ketua fraksi.
“Saya mau menjelaskan, tetapi saya disuruh setop, lalu dia (Sako) menyebut saya diremoti oleh Junai dan diotaki oleh Koyem,” tutur Faisal.
Padahal menurut Faisal yang menginginkan pergantian fraksi bukan datang dari DPD Demokrat Kalteng, namun datang berdasarkan surat yang ditanda tangani oleh dua orang anggota DPRD Kalteng yang tidak ia sebut namanya. Ia jelaskan bahwa pergantian ketua fraksi itu sesuai mekanisme.
“Yang saya ketahui bahwa hal itu terjadi karena adanya pergantian ketua fraksi, beliau merasa terganggu dan tidak senang, lalu tidak terima dan ingin membuat Gerakan Anti Koyem, informasi ini tersampaikan Jhon Krisli dan Junaidi, akhirnya pak Haji Nadalsyah dan mungkin kapasitas sebagai ketua DPD melakukan cek dan ricek,” tegas Faisal.
Pernyataan Faisal diperjelas dan dibenarkan Hery Purwanto selaku Direktur Eksekutif Daerah DPD Partai Demokrat Kalteng. Ia menyebut bahwa yang disampaikan Faisal benar adanya. Bahkan ia masih ingat hal yang disampaikan Sriosako terkait GAK.
Menurut Sekretaris DPD Demokrat Kalteng H Junaidi, hal itulah yang mendasari Koyem mengirim pesan WhatsApp kepada Sriosako. Ia meyakini bagaimana pun ditafsirkan, pesan Koyem tersebut tidak berkonteks ancaman.
“Kalaupun nanti ada berita dan kami pelajari dan terdapat pencemaran nama baik, maka jujur saja DPD akan melakukan laporan balik, karena kami meyakini bahwa Nadalsyah tidak memiliki niat mengacam Sriosako, justru kami anggap Sriosako yang mengancam ketua,” tegas Junaidi.
Junaidi melihat persoalan ini merupakan masalahan pribadi kedua belah pihak. Meski demikian, menurutnya ini akan sangat mengganggu internal partai.
“Karena ini masalah pribadi, seharusnya Sriosako melapor ke partai, tetapi itu tidak dilakukannya, malah dilaporkan ke Polda Kalteng, maka jawabannya di Polda juga,” tambah Junaidi.
Di tempat yang sama, Edy Rustian sebagai Ketua Bapilu Partai Demokrat menegaskan bahwa Nadalsyah bukanlah sosok yang berpikiran sempit. Tidak ada pernyataan atau maksud Nadalsyah untuk mengancam ataupun mengajak Sriosako melakukan tindak kekerasan.
“Justru beliau (Nadalsyah) hanya ingin mengonfirmasi, niat beliau ingin berbicara (dengan Sriosako, red) untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan,” tegas Edy. (irj/ce/ala/kpfm)