PALANGKA RAYA-Tingginya harga ayam di Palangka Raya beberapa waktu terakhir tentu berpengaruh terhadap kenaikan inflasi. Secara rata-rata harga ayam di Kalteng naik dari bulan lalu.
“Memang sedikit banyak ada pengaruh, walaupun pengaruh kenaikan harga ayam ini tidak sebesar jika dibandingkan dengan kenaikan harga beras,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Eko Marsoro saat dihubungi Kalteng Pos, Senin (5/6).
Dikatakannya, secara umum inflasi gabungan Kalteng masih berada di angka 0,25. Angka ini cukup rendah. Meski ada kenaikan harga ayam, tetapi dihambat oleh turunnya harga komoditas lain, seperti tarif angkutan udara.
“Untuk menghitung inflasi tidak hanya melihat dari salah satu komoditas yang naik, tetapi juga harus memperhatikan komoditas lain yang tidak naik atau justru turun,” ucapnya kepada Kalteng Pos.
Menurutnya, jika pada pasar penyeimbang yang dilaksanakan oleh pemerintah menyediakan ayam ras, tentu akan memengaruhi harga ayam di pasar. Di sisi lain, pemerintah juga harus mengupayakan agar harga ayam ini tidak terus mengalami kenaikan.
“Misal saja di awal Juni ini harga ayam sudah tinggi dan pada akhir Juni nanti harga ayam turun drastis, maka akan menunjukkan deflasi untuk komoditas daging ayam, jika harga bertahan di angka saat ini hingga akhir Juni, maka inflasinya 0,” jelasnya.
Di sisi lain, Pemprov Kalteng juga harus memastikan ketersediaan ayam. Tetapi usaha ini juga sulit untuk menurunkan harga ayam, karena kemungkinan harga di tingkat produsen sudah tinggi akibat beberapa faktor penyebab, seperti kenaikan harga pakan. (abw/ce/ala/kpfm)