Ananda dan Agatha, Siswi SMAN 1 Palangka Raya Juara Peneliti Belia

Orang Dayak mengenal pohon masisin dengan sebutan pohon karamunting. Tumbuhan liar jenis semak itu memiliki buah bercorak hitam dan sering dinikmati anak-anak. Siapa sangka, tumbuhan liar yang banyak tumbuh di semak belukar itu memiliki banyak manfaat. Itu setelah dua siswi dari SMAN 1 Palangka Raya, Ananda dan Agatha, membawa penelitian mereka ke lomba peneliti belia tingkat Provinsi Kalteng.
AGUS JAYA, Palangka Raya
MASISIN memiliki nama ilmiah Rodomyrtus Tomentosa. Tumbuhan yang banyak dijumpai di semak belukar dan sekitar hutan itu selama ini juga dikenal sebagai obat tradisional. Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu manfaat lain dari masisin. Daunnya bisa dijadikan bahan alami pangawet makanan.
“Ekstrak daun masisin punya tingkat antibakteri dan antioksidan yang tinggi, jadi bisa dijadikan pengawet alami untuk makanan,” ucap Agatha Gevura Arijo.
Siswi SMAN 1 Palangka Raya itu melakukan penelitian terkait potensi daun masisin bersama rekannya, Ananda Chindi Dwi Putri. Mereka meneliti potensi ekstrak daun pohon masisin untuk dijadikan bahan pengawet alami makanan khususnya tahu. Hasil penelitian mereka diberi judul “Hubungan Konsentrasi Ektrak Daun Masisin terhadap PH dan Aroma Tahu”. Siapa sangka, hasil penelitian keduanya berhasil menyabet juara pertama pada lomba peneliti belia Kalteng tahun 2023 kategori ilmu hayati.
Keduanya menyebut, ide penelitian didapatkan dari guru pembimbing mereka, Yeprina Prihatin Asie SPd. Ananda menceritakan, untuk melakukan penelitian tersebut, mereka memerlukan waktu hampir tiga pekan. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Palangka Raya.
Dalam penelitian itu, mereka mencari tahu manfaat ekstrak daun masisin sebagai bahan pengawet tahu.
“Yang kami gunakan itu ekstrak (air perasan) daun masisin yang sudah diblender, bukan ampasnya,” terang Ananda kepada Kalteng Pos, Minggu (26/11).
Siswi yang saat ini duduk di bangku kelas XI itu menerangkan, alasan mereka memilih tahu sebagai bahan eksperimen karena merupakan makanan yang memiliki kadar protein tinggi dan sangat digemari masyarakat. Meski harganya mudah dijangkau masyarakat, tetapi kadar protein pada tahu bisa cepat berubah, karena tahu akan mudah terkena oksidasi bila tidak disimpan secara baik.
“Karena tahu terkena suhu kamar dan tidak disimpan di lemari pendingin, paling lama bertahan dua hari,” kata Ananda.
Ia pun membeberkan ciri-ciri kerusakan pada tahu. Antara lain, permukaan tahu terlihat berlendir, tektur menjadi lunak, warna tidak cerah, dan mengeluarkan bau asam hingga bau busuk.
“Kandungan protein dan air dalam tahu dapat menyebabkan tahu cepat rusak karena ditumbuhi mikroba,” terang Ananda.
“Karena bahan makanan yang tinggi kandungan airnya sangat rentan terkena oksidasi,” ujar Agatha menambahkan.
Menurut keduanya, hasil penelitian mereka terhadap ekstrak daun masisin ternyata bisa dijadikan bahan pengawet tahu. Dalam penelitian itu, tahu yang direndam dalam ektrak daun masisin dengan kadar 25 persen, ternyata bisa bertahan lebih dari dua hari.
“Bahkan bisa disimpan sampai seminggu, asal dalam kondisi suhu ruang yang pas,” ujarnya.
Kualitas tahu, termasuk aroma dan tekstur tahu yang terendam ekstrak daun masisin ternyata tidak mengalami banyak perubahan.
“Itu karena ekstrak daun masisin mengandung zat antioksidan yang tinggi dan juga punya PH yang rendah,” beber Ananda.
“Ekstrak daun masisin yang kami pakai itu sebagai ganti air untuk rendaman tahu,” jelas remaja perempuan yang bercita-cita menjadi ahli teknik informatika dan AI (artificial intelligence) itu.
Ekstrak daun masisin didapatkan dengan cara memotong daun masisin menjadi bagian-bagian kecil, kemudian memasukkan potongan tersebut ke dalam blender.
“Sebelum dipotong dan diblender, daun masisin harus disterilkan dulu,” terang Agatha.
Dalam penelitian itu, keduanya mencampur atau memblender 200 ml air dengan potongan daun masisin masing-masing sebanyak 25 gram, 50 gram, dan 100 gram.
“Tujuan menggunakan tiga konsentrasi ini untuk mencari tahu berapa konsentrasi yang paling cocok untuk mengawetkan tahu,” tutur Ananda sembari menyebut tahu yang diawetkan adalah potongan tahu seberat 20 gram.
Hasil blender tersebut kemudian disaring dan diperas untuk mendapatkan ekstrak daun masisin. “Masing masing ekstrak daun masisin itu dipakai untuk merendam tahu seberat 20 gram selama tiga hari,” sebutnya.
Dari penelitian itu diketahui bahwa konsentrat dari ekstrak daun masisin seberat 25 gram sangat efektif untuk mengawetkan tahu.
“Aroma tahu terjaga. Dari pengetesan rasa pun masih aman seperti tahu segar umumnya,” ujarnya.
Baik Ananda maupun Agatha sama-sama merasa bangga atas hasil penelitian itu, karena terpilih menjadi yang terbaik dalam lomba penelitian belia tingkat Kalteng tahun 2023.
Mereka berharap hasil penelitian mereka terkait ekstrak daun masisin itu dapat terus dikembangkan sehingga berguna bagi masyarakat.
“Ini sangat berguna bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil yang belum semuanya bisa mengakses listrik, sehingga mereka belum punya alat pendingin seperti freezer atau lemari es untuk menyimpan makanan,” kata Agatha yang mengaku bercita-cita menjadi seorang ahli bio teknologi.
Lebih lanjut dikatakannya, hasil penelitian mereka terkait manfaat daun masisin sebagai bahan pengawet makanan memang masih perlu diteliti lebih lanjut agar dapat digunakan oleh masyarakat.
“Perlu ada penelitian di laboratorium untuk lebih memastikan efektivitasnya,” ucap siswi berusia 16 tahun kelahiran Cilacap itu.
Penelitian Ananda dan Agatha itu akan diikutkan dalam lomba penelitian belia tingkat nasional. Mereka berharap penelitian itu bisa merambah ke tingkat internasional. “Nanti kami akan berangkat ke Jakarta tanggal 30 November 2023,” pungkasnya. (*/ce/ala/kpfm)