
PALANGKA RAYA – Tiap tanggal 1 Agustus diperingati sebagai Hari ASI Sedunia. ASI atau air susu ibu memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung kesehatan ibu dan bayi. Dalam rangka memperingati Hari ASI Sedunia tahun ini, organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) mengusung tema Menutup Kesenjangan, Dukungan Menyusui untuk Semua. Tema itu dipilih agar masyarakat memahami bahwa memberikan ASI merupakan kewajiban tiap ibu.
Berdasarkan data terbaru, cakupan ASI eksklusif di Kalteng tahun 2023 mencapai 54,56 persen. Angka itu masih jauh dari target 75 persen. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng dr Suyuti Samsul melalui Plt Kasie Kesga dan Gizi Gumilely mengatakan, pemahaman tentang ASI eksklusif sangatlah penting. Itu perlu terus disosialisasikan kepada orang tua dan masyarakat.
Dijelaskannya, ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain, kecuali obat atau vitamin. ASI sangat penting bagi bayi usia kurang dari 6 bulan. ASI eksklusif memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembangnya.
“Pemahaman bahwa bayi usia kurang dari enam bulan harus diberi ASI tanpa makanan lain, kecuali obat atau vitamin, perlu ditingkatkan,” ucapnya.
ASI yang berkualitas ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sesuai usia serta jarang mengalami sakit.
“Setelah usia enam bulan, bayi perlu diberi makanan pendamping ASI sesuai usia, karena kebutuhan zat gizi tidak cukup hanya dari ASI. Ingat, ASI tetap diberikan hingga anak berusia 2 tahun,” jelasnya.
Dengan pemenuhan itu, pemberian ASI dapat dikategorikan sebagai berkualitas. Lebih lanjut Gumilely mengatakan, kolostrum atau ASI pertama yang keluar dan berwarna kuning, sering kali tidak diberikan karena kurangnya pemahaman atau adanya larangan turun-temurun di masyarakat. Padahal, sejatinya kolostrum sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, karena mengandung banyak zat gizi dan antibodi.
“Penting bagi masyarakat untuk menyadari manfaat kolostrum melalui penyuluhan dan sosialisasi media massa. Maka dari itu, campur tangan pemerintah sangat diperlukan,” tambahnya.
Melalui program gizi masyarakat, dinkes terus memantau pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia kurang dari enam bulan. Pemantauan ini dilakukan melalui aplikasi Sigizi Terpadu, yang membantu memastikan apakah ibu berhasil memberikan ASI eksklusif atau tidak. Meski demikian, ASI tidak dianjurkan diberikan, jika sang ibu menderita HIV/AIDS dan kanker payudara.
“Karena itu bisa membahayakan bayi yang menyusui. Kalau lainnya tidak masalah, karena ASI sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,” tegasnya.
Gumilely juga menanggapi soal Peraturan Presiden (PP) yang melarang produsen susu formula memasang iklan. “Tentu kami sangat senang dengn diterbitkan PP itu, harapan kami akan dibuat regulasi seperti di tingkat provinsi bahkan di kabupaten/kota,” ungkapnya.
Menurutnya, produsen susu formula atau produk pengganti air susu ibu dilarang melakukan kegiatan yang dapat menghambat pemberian ASI eksklusif.
“Dengan cara penyuluhan, edukasi, sosialisasi sudah kami lakukan, tetapi beberapa tahun terakhir masih ada ditemui susu formula,” tuturnya.
Terpisah, dr Made Yuliari selaku dokter anak mengungkapkan manfaat ASI bagi ibu, anak, dan keluarga.
“Manfaat ASI untuk ibu yakni dapat mempercepat pemulihan usai melahirkan, dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, dan dapat menghemat biaya karena secara tidak langsung dapat mengurangi pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula atau susu sapi,” ungkapnya.
Menurutnya, ASI eksklusif mengandung kekebalan seluler dan humoral, yang membantu mencegah bayi dari batuk, pilek, diare, dan infeksi kulit.
“Selain itu, perlu diketahui juga untuk para ibu-ibu menyusui, pemberian ASI dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi, yang pada gilirannya berkontribusi pada perkembangan kepercayaan diri anak. Tidak kalah penting, pemberian ASI sangat berperan penting dalam mencegah stunting,” tuturnya.
Karena itulah dr Made tak pernah bosan untuk mengingatkan ibu-ibu perihal pentingnya ASI bagi ibu dan anak.
“Berikan bayi Anda ASI eksklusif sampai usia enam bulan. Setelah itu, tambahkan makanan bergizi, beragam, dan berimbang. Lengkapi dengan imunisasi dan terapkan pola hidup bersih dan sehat. Dengan demikian, Anda dapat mencegah stunting sejak dini dan memberikan yang terbaik untuk tumbuh kembang anak,” ucapnya.
Terpisah, Adisty Cynthia Anggraeni selaku ahli gizi menurutkan, ASI eksklusif mengandung nutrisi terlengkap untuk bayi, yang diatur oleh sel-sel penghasil ASI dalam payudara. Sumber nutrisi ini bisa berasal dari asupan makanan ibu, maupun cadangan nutrisi yang tersimpan dalam tubuh ibu.
“Komposisi ASI tetap seimbang dan mampu memenuhi kebutuhan bayi, meski asupan makan ibu kurang. Asupan makan ibu yang kurang atau berlebihan hanya akan memengaruhi status gizi ibu, bukan kualitas ASI,” ucapnya.
Menurut WHO, ASI adalah kunci sukses dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan memberikan perlindungan terhadap infeksi saluran cerna dan menyediakan kandungan gizi yang diperlukan untuk mencegah stunting.
“ASI eksklusif sangat penting untuk mencegah stunting dan memastikan tumbuh kembang optimal pada bayi,” tambahnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, setelah usia dua tahun, anak dianjurkan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Meski tidak diwajibkan, susu formula atau susu UHT sesuai usia anak boleh diberikan sebagai tambahan. Waktu terbaik pemberian ASI adalah pada jam selingan dan tidak dekat dengan waktu makan utama, agar anak tidak merasa kenyang dan tetap mau makan makanan utama.
“Hindari memberikan krimer kental manis atau yang biasa disebut susu kental manis, karena isinya hanya gula dan tidak mengandung protein, itu bukan susu untuk anak,” pesannya. (zia/ce/ala/kpfm)