RSDDS Siap Antisipasi Kasus Monkeypox

KESEHATAN

PALANGKA RAYA – Hingga saat ini, Rumah Sakit Umum Daerah dr Doris Sylvanus (RSDDS) belum menerima pasien dengan kasus cacar monyet (monkeypox). Namun, rumah sakit rujukan di Kalimantan Tengah ini telah melakukan berbagai langkah antisipasi. Tim penyakit infeksi emerging (PIE) telah disiapkan, ruang isolasi tersedia, dan sosialisasi pedoman penanganan juga telah dilakukan kepada para dokter jika terdapat pasien yang diduga terinfeksi penyakit itu.

Hal ini disampaikan oleh Plt Direktur RSDDS Ady Fraditha melalui Kepala Bidang Pelayanan Medik dr Anto Fernando, yang didampingi Kabid Hukum dan Humas Hairil Anwar SH, saat ditemui di Ruang Humas.

“Sampai saat ini belum ada kasus di rumah sakit. Namun, kami telah melakukan antisipasi dengan adanya tim PIE, menyiapkan ruang isolasi, serta melakukan sosialisasi pedoman pencegahan dari Kemenkes kepada para dokter,” ujar dr Anto.

Sejak tahun 2023, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan pedoman pencegahan monkeypox. RSDDS telah menyampaikan pedoman ini kepada para dokter yang bertugas, terutama dalam mendeteksi gejala-gejala awal.

“Pedoman ini memuat tata cara penanganan kasus, termasuk screening dan pengelolaan sampel. Mortalitasnya berkisar antara 1 hingga 10 persen,” jelas dr Anto.

Monkeypox memiliki gejala seperti demam, sakit kepala, pembesaran kelenjar getah bening di ketiak dan selangkangan, serta ruam di kulit.

Penyakit yang berasal dari Afrika itu, kini mulai menyebar di beberapa negara. Oleh karena itu, Kemenkes memberikan perhatian serius terhadap ancaman monkeypox. Di RSDDS, tim PIE telah disiapkan untuk menangani penyakit infeksi yang kembali mengemuka, termasuk monkeypox.

Tim PIE bekerja sama dengan tim pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) rumah sakit dalam mempersiapkan langkah-langkah penanganan. RSDDS juga memiliki ruang isolasi yang sesuai dengan standar, minimal 10 persen dari kapasitas tempat tidur, untuk menghadapi kemungkinan kejadian luar biasa (KLB) infeksius.

“Ruang isolasi ini sesuai dengan standar, minimal 10 persen dari jumlah tempat tidur. Jadi, jika terjadi KLB, kami sudah siap dengan ruang isolasi yang memadai,” kata dr Anto.

Dr Anto menjelaskan, penyebaran monkeypox mirip dengan cacar biasa, yakni melalui kontak fisik, cairan tubuh, benda yang terkontaminasi cairan penderita, serta melalui droplet seperti bersin. Oleh karena itu, ia menyarankan agar pasien yang mengalami gejala tersebut menggunakan masker untuk mencegah penularan.

“Gejala khas monkeypox biasanya muncul pada hari ketiga. Awalnya terjadi demam dan sakit kepala, tidak berbeda dengan penyakit umum lainnya. Namun, untuk mencegah penularan, mereka yang sakit disarankan memakai masker,” jelasnya.

Masa inkubasi penyakit ini sekitar lima hari, sehingga gejala baru muncul setelah lima hari setelah kontak dengan penderita. Kadang-kadang penularannya tidak disadari. Oleh karena itu, kewaspadaan menjadi sangat penting, terutama di tempat umum.

“Pencegahan adalah kunci utama. Kebiasaan baik seperti mencuci tangan dan memakai masker harus terus dipertahankan untuk mencegah penularan penyakit ini,” tutup dr Anto. (sma/ce/ala/kpfm)

207 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.