Kearifan Lokal dan Tradisi Menuba

Bupati Kobar Hj Nurhidayah dan Wabup Kobar Ahmadi Riyansah menunjukkan ikan hasil tangkapan pada saat menuba, beberapa waktu lalu

PEMERINTAH Kabupaten (Pemkaba) Kotawaringin Barat terus melakukan berbagai upaya agar kabupaten ini selalu menjadi tujuan wisata. Bukan saja sarana dan prasarana yang dibenahi, tetapi juga menggali potensi kegiatan yang bisa dijadikan agenda pariwisata.

Potensi kegiatan ini tetap yang dibalut dengan kearifan lokal.

Manuba, tradisi mencari ikan secara tradisional inilah yang akan menjadi andalan Kobar.

Sebenarnya tak sekadar mencari ikan, tetapi ini tradisi meminta hujan kepada Sang Pencipta. Baru-baru ini, tradisi warga Dayak ini telah digelar di Desa Riam, Kecamatan Arut Utara, Kobar.

Ini adalah tradisi secara turun temurun dilakukan warga Dayak. Untuk itu, saat tradisi ini digelar, langsung menyedot perhatian masyarakat. Bukan saja warga setempat, tetapi juga dari kabupaten tetangga.

Bupati Kobar Hj Nurhidayah, mengatakan bahwa inilah tradisi yang harus dilestarikan sehingga nantinya anak cucu bisa melihat dan mengetahuinya. Walaupun sudah jarang dilakukan di daerah lain, tetapi Kobar akan selalu komitmen untuk tetap melestarikan. Dengan berbagai rangkaian ritual menuba adat ini, hujan mampu turun atas berkat dari Sang Pencipta.

“Kami akan terus gelorakan dan dorong seluruh warga Kobar agar tradisi seperti ini tetap dilakukan. Jangan sampai dibiarkan anak cucu kita nantinya tidak mengetahui tradisi ini,”katanya, beberapa waktu lalu.

Kedepan, ritual menuba adat ini dikatakan bupati akan coba dimasukkan ke dalam kelender pariwisata dan dijadikan event tahunan. Rencananya akan dibarengi dengan momen hari jadi Kecamatan Arut Utara.

Menuba adat ini tujuan utamanya bukan semata-mata untuk mendapatkan ikan melainkan berdoa untuk meminta turun hujan. Apabila ritual menuba adat ini dijadikan event tahunan yang bakal digarap dan difasilitasi oleh pemerintah daerah,”ujarnya.

Untuk diketahui, dahulu tradisi ini muncul karena kemarau yang berkepanjangan. Sementara itu, sebelum ritual dimulai, masing-masing warga mencari akar tuba di hutan belantara. Kemudian akar tuba itu dikumpulkan dan ditumpuk pada gosong pasir atau batu di hulu sungai yang akan dituba.

Setelah terkumpul, masyarakat bergotong royong memukul akar tuba itu untuk mengeluarkan getah beracunnya. Karena getahnya mematikan, untuk proses memukul akar tuba hanya dilakukan oleh yang berusia dewasa.

Setelah akar tubanya remuk, barulah diperas ke dalam perahu atau sampan yang sudah diisi air. Air perasan akar tuba itu akan tampak berwarna putih. Air perasan akar tuba itu akan dimasukkan ke dalam sungai setelah diizinkan tetua adat setempat untuk ditumpahkan.

Berselang 10 hingga 20 menit, berbagai jenis ikan akan bermunculan.

Warga yang sudah menunggu di hilir sungai langsung menangkap dengan peralatan tradisional, seperti tombak. Sebagian memilih menangkap menggunakan tangan kosong.(son/k/ila/nto)

667 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.