Bulan Juli mendatang, kalteng akan memasuki musim kemarau, Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sangat mungkin terjadi. Untuk itu mulai dari sekarang harus dilakukan upaya pencegahan, agar bencana kabut asap tidak melanda Bumi Tambun Bungai.
ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa (LPPM) Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Aswin Usup, saat berbincang dengan Kalteng Pos di kantornya, kemarin mengatakan serangan kabut asap dan Covid-19 sama-sama menyasar paru-paru manusia.
“Ini berbahaya. Apalagi mereka yang PDP, bisa makin parah akibat menghirup kabut asap. Karena serangannya sama, yakni ke organ paru manusia,” terang Aswin.
Oleh sebab itu, ketika kabut asap meluas, sangat mungkin makin banyak orang akan rentan tertular Covid-19, terutama orang tanpa gejala (OTG).
Aswin berharap ada upaya pencegahan terpadu Jika tidak, ia mengkwahatirkan masyarakat pedesaan akan lebih memilih membakar lahan untuk bercocok tanam karena alasan perut akibat terdampak wabah Covid-19.
“Saya ada mendengar dari sejumlah petani, bahwa mereka nantinya tidak ada pilihan lain ketika memasuki musim kemarau. Mereka pasti membakar lahan untuk bercocok tanam, akibat sulitnya memenuhi kebutuhan hidup selama pandemi Covid-19,” ujarnya.
Menurut Aswin, keputusan presiden memilih kalteng menjadi lumbung padi nasional sangatlah baik, tapi soal membakar lahan harus mulai dilakukan pencegahan dari sekarang, dengan memberi edukasi kepada masyarakat.
Sangat benar jika membakar lahan akan ada sanksi hukuman, yakni dipenjara. Namun, lanjutnya, dalam kondisi perekonomian yang berat seperti saat ini, masyarakat pedesaan bisa saja akan melawan aturan dengan tetap melakukan pembakaran lahan.
Lebih jauh dibeberkannya, dalam waktu dekat UPR akan menurunkan tim survei ke desa-desa untuk mengumpulkan data dan memetakan lokasi pedesaan dalam kaitan dengan ancaman karhutla dan kewaspadaan terhadap bencana kabut asap. “Nanti saya akan sampaikan hasil surveinya,” pungkasnya.(Kaltengpos/Kpfm101)
