
JawaPos.com – Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko terancam dipecat usai memberikan dukungan kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Padahal, PDIP secara tegas telah memutuskan untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) pada Pemilu 2024.
Rekam jejak Budiman di perpolitikan Indonesia, terbilang bukan orang baru. Budiman Sudjatmiko dikenal sebagai aktivis 1998, yang tergabung ke dalam Partai Rakyat Demokrat (PRD) yang didirikan pada 1996.
Budiman yang keras menentang rezim Orde Baru itu kemudian divonis 13 tahun penjara, karena dianggap sebagai dalang dibalik peristiwa 27 Juli 1996 yang kini dikenal dengan sebutan Peristiwa Kuda Tuli. Pertikaian terjadi di antara para pendukung Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang telah pecah untuk memperebutkan kantor DPP PDI yang terletak di Jl. Diponegoro 58 Jakarta Pusat.
Namun, Budiman hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun penjara setelah diberi amnesti oleh Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pada 10 Desember 1999. Usai bebas dari penjara Budiman melanjutkan sekolah ke Inggris.
Budiman dan aktivis lainnya menyatakan diri bergabung menjadi politisi PDIP, pada 2004. Sejumlah aktivis yang bergabung dengan PDIP di antaranya Rahardjo Waluyo Jati (PRD), mantan Ketua Pijar Haikal, Akuat Supriyanto, Beathor Suryadi, Masinton Pasaribu (Front Perjuangan Pemuda Indonesia) dan Sinyo (Gerakan Bersama Rakyat).
Budiman sempat terpilih menjadi Anggota DPR RI pada periode 2009 dan 2014. Budiman merupakan inisiator dan pimpinan Rancangan Undang-Undang (RUU) Desa. Budiman juga menjadi salah satu tokoh yang mendapat penghargaan sebagai pejuang UU Desa dari Asosiasi Pemerintah Desa seluruh Indonesia (Apdesi). Namun pada Pemilu 2019, Budiman tidak lolos ke parlemen.
Budiman Dukung Prabowo Capres 2024
Meski sempat berseteru pada 1998 dengan Prabowo Subianto yang kala itu menjabat sebagai Danjen Kopassus, pilihan politik Budiman Sudjatmiko pada Pilpres 2024 bersebrangan dengan PDIP.
Budiman mendeklarasikan Prabowo -Budiman Bersatu (Prabu) di Marina Convention Center, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/8). Budiman memastikan dirinya dan Prabowo Subianto akan bersama-sama merebut masa depan Indonesia menjadi negara maju.
“Saya Budiman Sudjatmiko dengan masa lalu saya, Pak Prabowo dengan masa lalunya. Kita ingin sama-sama rebut masa depan bersama rakyat Indonesia,” kata Budiman saat deklarasi dukungan.
Budiman melanjutkan, dengan berdoa kepada Allah SWT, ia bersama Prabowo akan membawa Indonesia menjadi negara kuat untuk mengatasi segala tantangan yang paling berat sekalipun.
“Saya berdoa pada Tuhan, pada Allah SWT saya tidak akan berdoa jalan ke depan akan dimudahkan tidak, itu orang yang lemah, saya mau berdoa bukan dimudahkan jalan tapi dikuatkan bangsa Indonesia agar bisa mengatasi tantangan-tantangan paling berat sekalipun, kuatkan kami untuk Indonesia bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Merdeka,” tegas Budiman.
Terancam Dipecat dari PDIP
Ketua Badan Kehormatan DPP PDI Perjuangan Komarudin Watubun tak segan memberikan sanksi tegas terhadap politikus PDIP Budiman Sudjatmiko yang secara terang-terangan mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal capres untuk Pemilu 2024. Hal itu akan disampaikan langsung Komarudin di kantor DPP PDIP, pada Senin (21/8) siang ini.
“Pak Komarudin akan mengumumkan, yang jelas partai tidak mentolerir terhadap tindakan indisipliner setiap kader partai. Partai akan mengambil suatu tindakan yang tegas,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto di sela-sela Rakerda III DPD PDIP Kalimantan Timur di Balikpapan, Minggu (20/8) kemarin.
Dia menegaskan, selama ini PDIP selalu mengedepankan etika politik. Bahkan, setiap orang yang masuk PDIP atas dasar kesukarelaan, bukan dibajak atau diiming-imingi.
“Opsinya mengundurkan diri atau menerima sanksi pemecatan,” tegas Hasto.
Hasto memastikan, deklarasi dukungan Budiman terhadap Prabowo yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah akan membuat kader PDIP semakin solid. Menurutnya, tindakan itu justru akan membuat semangat kader Banteng semakin bergelora.
Sebab, peristiwa itu pernah terjadi ketika Pemilu 2019 lalu. Saat itu, kubu Prabowo membangun posko di wilayah Solo, yang merupakan tempat asal Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu menjadi lawannya.
Namun, Prabowo justru harus melenggang kalah. Sebab tindakan itu membuat semangat serta militansi kader dan pendukung semakin besar.
“Apa yang terjadi itu justru malah membangunkan spirit seluruh kader-kader PDI Perjuangan, apalagi pengumumannya dilakukan di Jawa Tengah. Ini membangkitkan militansi seluruh kader-kader PDI Perjuangan,” pungkas Hasto. (jpc/kpfm)