Aktif Kegiatan Kemanusiaan, Ingin Jadi Dokter Spesialis Kandungan

Mengenal dr Adelia Hanny Tiara, Lulusan Terbaik Fakultas Kedokteran UPR Tahun 2023

dr Adelia Hanny Tiara

Adelia Hanny Tiara sudah diambil sumpah dokter pada Kamis (19/1), bersama dengan 26 orang dokter muda lain. Ia meraih nilai tertinggi sehingga lulus dengan nilai terbaik. Selain pintar, anak sulung ini sangat suka menjelajah desa-desa untuk memberikan penyuluhan dan mengikuti kegiatan kemanusiaan. 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

JAS putih terpasang rapi di badannya. Menutupi kebaya biru tua yang dipakai oleh para dokter muda dalam acara pengambilan sumpah dokter saat itu. Adelia salah satunya. Perempuan yang lahir tahun 1999 itu kini resmi menjadi seorang dokter setelah pengambilan sumpah dokter bersama 26 orang dokter muda lain rekan seangkatannya. Tampak gurat wajah bahagianya bersama kawan-kawan usai mengikuti prosesi sumpah dokter yang berlangsung khidmat.

Akhirnya perjuangan tiga tahun berkuliah di fakultas kedokteran (FK) Universitas Palangka Raya (UPR), kemudian dilanjutkan dengan kuliah profesi dokter selama dua tahun untuk meraih gelar dokter pun usai. Yang membanggakan, Adelia meraih IPK 3,73 dengan predikat sangat memuaskan.

Perjuangan berat lulus dari bangku perkuliahan yang penuh dengan beragam tugas yang memeras pikiran dan berjilid-jilid praktikum yang menguras tenaga akhirnya sampai di penghujungnya. Tinggal mempraktikkan ilmu yang didapat itu untuk kemaslahatan bersama demi mewujudkan visi kemanusiaan. Begitulah pemikiran yang terlintas dalam benak Adelia usai mengikuti prosesi sumpah dokter.

“Rasanya senang dan bangga menjadi lulusan terbaik dengan IPK tertinggi pada sumpah dokter,” ucap putri dari pasangan Rahmadi dan Sri Winarsih itu kepada Kalteng Pos usai acara sumpah dokter.

Melakukan kilas baik selama zaman perkuliahan, wanita dengan nama lengkap Adelia Hanny Tiara itu mengaku ada banyak hal yang ia lalui bersama teman-temannya di FK UPR. Meski tidak selalu manis, kadang ada ributnya, dari situ ia bisa memahami arti dari pertemanan dan perbedaan dalam pendapat.

Rasa lelah yang selama ini dialami bersama kawan-kawannya terbayarkan. Namun perempuan yang berulang tahun tiap 20 Mei itu mengaku tidak ingin tenggelam dalam euforia kelulusan. “Karena ilmu yang saya pelajari selama perkuliahan itu akan segera saya implementasikan dalam program internship (magang) selama setahun nanti,” sambungnya.

Nantinya setelah menjalani magang selama enam bulan, Adelia akan menghadapi ujian yang sesungguhnya, yakni terjun ke masyarakat untuk mengimplementasikan ilmu yang sudah dipelajarinya. “Setelah selesai internsip, kami dokter-dokter akan menjalani ujian yang sesungguhnya di tengah masyarakat,” tuturnya.

Perjalanannya dalam berkuliah kedokteran sangat dinamis. Apalagi waktu mengikuti ujian KOAS selama dua tahun untuk meraih gelar dokter selama menjalani pendidikan profesi dokter. Adelia mengaku saat itu bisa menjadi seperti “dokter sungguhan” kendati belum menyandang gelar dokter. Dapat bertemu dengan berbagai pasien dengan latar belakang yang berbeda dan dari berbagai daerah kala mengikuti KOAS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus Palangka Raya. “Itu mungkin salah satunya ya, tapi sebetulnya ada banyak lagi,” ucap wanita yang gemar membaca buku pengembangan diri itu.

Selama menempuh kuliah, wanita berparas ayu itu aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan. Salah satunya bergabung dalam tim bantuan medis Menteng, yang mana dalam organisasi itu ia bersama rekan-rekannya melakukan penyuluhan kesehatan dan melayani pemeriksaan kesehatan gratis kepada masyarakat.

“Sering juga turun ke desa-desa, saya juga mengikuti organisasi Asian Medical Students Association (AMSA) FK UPR, organisasi yang aktif mengadakan pertemuan ilmiah dan kegiatan-kegiatan kemanusiaan,” jelasnya.

Adelia juga mengaku pernah mengikuti proyek-proyek penting di dunia kesehatan yang cukup bermakna bagi dirinya sebagai calon dokter. Pada 2017 lalu ia mengikuti pemilihan Duta Generasi Berencana (Genre) 2017 yang dilaksanakan oleh BKKBN. Memutuskan untuk mengikuti pemilihan duta genre karena Adelia ingin menambah relasi dan ingin menambah kebermanfaatan kepada orang lain. Ia juga melihat berbagai peluang yang bisa didapatkan ketika masuk dalam forum tersebut. Yang paling utama, bisa mendapatkan dan menerapkan ilmunya di dunia perkuliahan.

“Dalam genre itu saya bisa menerapkan ilmu yang saya pelajari, di genre ini kan kami aktif melakukan penyuluhan dan kegiatan lain seperti kesehatan masyarakat, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja, genre ini memang fokus pada hal-hal itu,” tuturnya.

Selama mengikuti kuliah kedokteran dengan berbagai pelajaran yang didapatkan, wanita berusia 23 tahun itu mengaku tertarik mendalami ilmu kebidanan. “Dari berbagai stase atau bidang-bidang yang saya lewati, saya lebih suka di spesialis ilmu kebidanan,” ucapnya.

Karena itu, setelah cukup pikiran dan tenaga menjalani profesi dokter, Adelia punya keinginan melanjutkan studi dengan mengambil pendidikan dokter spesialis obstetric dan gynecology atau dikenal juga Obgyn atau dokter kandungan. “Semoga nantinya saya bisa melanjutkan pendidikan spesialis bidang itu, tapi tentunya ada banyak hal yang harus saya siapkan dan pelajari sebelum masuk ke sana,” jelas anak dari seorang ayah asli Banjar dan ibu asli Dayak itu.

Memilih kuliah di fakultas kedokteran bukanlah pilihan asal-asalan. Anak seorang instalator farmasi di Dinas Kesehatan Kalsel itu mengaku ingin menjadi dokter karena merupakan cita-citanya sejak kecil. Peran ayahnya sebagai tenaga kesehatan bergelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM) membuat anak tunggal itu ingin mengikuti jejak sang ayah dengan menjadi seorang dokter.

Motivasi menjadi dokter juga muncul karena sisi kemanusiaannya yang tinggi. Adelia mengaku senang berinteraksi dengan banyak orang, karena menurutnya ada banyak hal yang bisa dipelajari dari sesama manusia. “Menjadi dokter bisa lebih memungkinkan saya untuk belajar banyak hal dari orang lain,” tambahnya.

Selama menempuh pendidikan di FK UPR, Adelia mengaku bertemu dengan banyak tenaga pengajar serta dokter-dokter yang bepengalaman di bidangnya. “Dari mereka saya belajar banyak hal, semua dokter dan dosen pengajar di UPR saya kagumi, karena masing-masing mereka punya cara mengajar yang unik,” ungkapnya.

Seluruh dosen dan dokter yang pernah mengajarinya selama ini memberi arti penting baginya untuk bisa menjadi seorang dokter yang baik ke depannya. Tak lupa dukungan penuh dari kedua orang tua di setiap langkah perjuangannya. “Saya sangat berterima kasih kepada orang tua saya karena sangat mendukung setiap langkah yang saya ambil dalam rangka menimba ilmu di FK di UPR,” imbuhnya.

Tak lupa Adelia berpesan kepada adik-adik tingkat yang masih menimba ilmu di FK UPR agar sebanyak dan sesering mungkin bertanya kepada para dokter, dosen pembimbing, kakak tingkat, perawat, bidan, apoteker, maupun pihak lainnya yang berperan penting dalam proses belajar selama menempuh pendidikan kedokteran.

“Pokoknya jangan malu bertanya kepada siapa pun yang ingin kita tanya dan kita butuhkan bantuan,” tuturnya.

Ia juga berpesan kepada lulusan SMA yang ingin mengenyam pendidikan di FK UPR agar berpikir secara matang sebelum mengambil keputusan dan menyiapkan mental, karena akan ada banyak hal sulit yang dipelajari dan menyita waktu.

“Di FK ada banyak hal yang perlu dikorbankan dalam masa muda kalian, karena setelah kita lulus dan menjadi dokter, yang kita hadapi adalah manusia sesungguhnya, baik pasien maupun keluarganya, yang mana keluarga pasien itu berharap bahwa anggota keluarga yang sakit itu bisa sembuh di tangan kita,” jelasnya.

Mengenai langkah selanjutnya yang akan ditempuh usai sumpah dokter, Adelia berencana magang di rumah sakit sesuai keterangan domisili KTP-nya, yakni Kalimantan Selatan. “Tapi saya enggak bisa memilih kerja di rumah sakit atau puskesmas mana, karena nanti akan mengikuti sistem,” pungkasnya. (*/ce/kpfm)

426 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.