
PALANGKA RAYA-Keputusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menghentikan kompetisi liga 2 memantik kekecewaan para suporter sepak bola di tanah air. Beragam tanggapan diberikan para suporter dan pendukung klub yang berkompetisi di kasta kedua tersebut. Mayoritas suporter kecewa dengan kebijakan PSSI menyetop kompetisi.
Kekecewaan diungkapkan Koordinator Pasus 1970 Bahriansyah. Pendukung Kalteng Putra ini terkejut dan menyayangkan keputusan PSSI menghentikan kompetisi Liga 2. Ia pun mempertanyakan keputusan tersebut.
“Kalau alasannya karena kejadian di Kanjuruhan, sebenarnya bisa diselesaikan oleh PSSI tanpa harus menghentikan (kompetisi) liga,” kata Bahriansyah kepada Kalteng Pos, Senin (16/1).
Pria yang sudah sepuluh tahun menjadi koordinator Pasus 1970 mengatakan, kalau alasan
klub Liga 2 perlu melakukan pembenahan terkait prasarana dan infrastruktur untuk memenuhi syarat pertandingan, menurutnya alasan tersebut perlu dikaji lebih lanjut.
“Kalau terkait kesiapan infrastruktur, saya pikir sampai beberapa tahun ke depan tetap seperti itu saja sih infrastruktur dan fasilitas kompetisinya,” ujarnya.
Meski menyesalkan keputusan PSSI menghentian kompetisi Liga 2, Bahri tetap menghormati keputusan tersebut.
“Secara keseluruhan mungkin kita bisa memaklumi, karena keputusan itu diambil dalam kondisi PSSI yang sedang gonjang-ganjing, mudah-mudahan nanti setelah kongres luar biasa akan ada keputusan untuk melanjutkan kembali Liga 2,” harapnya.
Bahri juga menyoroti kerugian yang timbul akibat dihentikannya kompetisi Liga 2 oleh PSSI. Termasuk nasib para pemain.
“Sebagian pemain Liga 2 kan pemain lokal, jadi dengan tidak adanya pertandingan ini, mereka kehilangan pekerjaan utama,” ucapnya.
Bagi Kalteng Putra tentu ada keuntungan tersendiri, karena berada di posisi bawah klasemen sementara dan terancam degradasi. Namun menurut Bahri hal itu tidak bisa menjadi alasannya untuk mendukung keputusan penghentian kompetisi Liga 2.
“Kita fair play saja, kalau memang kompetisi (seharusnya) bisa dilanjutkan, kenapa harus dihentikan,” tuturnya.
Terkait alasan bahwa perlunya klub-klub peserta Liga 2 melakukan pembenahan prasarana dan infrastruktur, Bahri berpendapat bahwa Stadion Tuah Pahoe yang saat ini menjadi home base klub Kalteng Putra dianggap cukup layak untuk menggelar pertandingan.
Bahri mengharapkan agar ke depannya segera ada perbaikan kelengkapan terkait sarana infrastruktur di Stadion Tuah Pahoe agar tetap layak menggelar pertandingan sepak bola.
Komentar senada disampaikan koordinator Kalteng Mania, Ahmad Syarif. Pria yang akrab disapa Syarif itu mengaku ingin menolak keputusan PSSI menghentikan kompetisi Liga 2.
“Kalau saya pribadi sangat menolak dihentikannya Liga 2, kalau Liga 1 bisa berjalan, kenapa Liga 2 dan liga di bawahnya harus dihentikan,” kata Syarif.
Meski adanya penghentian kompetisi Liga 2, Kalteng Putra sepertinya mendapat keuntungan karena tidak adanya sistem degradasi, tapi Syarif berpendapat hal itu punya sisi negatif, terutama terkait makna sebuah kompetisi.
Karena menurut Syarif, dengan keluarnya keputusan PSSI menghentikan kompetisi dan menyatakan tidak diterapkannya sistem promosi dan degradasi terhadap klub yang berkompetisi di Liga 1, maka kompetisi sepak bola di Indonesia menjadi seperti tidak berguna.
“Menurut saya dengan tidak adanya promosi dan degradasi, sepertinya tidak berfaedah kalau kompetisi ini tetap dijalankan, sama saja bohong,” kata Syarif.
Syarif juga mengatakan, dampak dari dihentikannya kompetisi Liga 2, sejumlah klub yang bertanding di kompetisi ini sudah tentu mengalami kerugian yang cukup besar.
“Yang jelas jadi masalah, pasti rugi biaya dan waktu karena sudah melakukan banyak persiapan untuk kompetisi ini,” ucapnya. (sja/ce/ala/kpfm)