Katakan “Tidak” Pada Kekerasan Terhadap Anak

Ilustrasi kekerasan seksual pada anak (Istimewa)

Akhir-Akhir ini gaungan tentang maraknya “kekerasan terhadap anak” semakin terdengar. Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Eva Devita, SpA(K) menuturkan, tidak semua anak berani mengungkapkan kekerasan seksual yang dialami. Orang tua harus bisa mengenali tanda bila anak mereka mengalami kejadian itu, dikutip dari ANTARA.

Pada sebuah media briefing secara virtual, Kamis (9/2), Eva menyebutkan tanda pertama yakni perubahan perilaku. Misalnya anak cemas, mengalami depresi, tadinya ceria menjadi tidak demikian, takut bertemu orang asing, bahkan mungkin menghindar dari pelaku.

Selain itu, anak cenderung menarik diri. Anak-anak yang sudah berusia remaja, kadang bisa menunjukkan perilaku percobaan bunuh diri, performa di sekolah menurun dan berkurangnya konsentrasi.

Tanda lainnya yakni munculnya keluhan-keluhan tidak jelas dari anak seperti menolak untuk pergi ke sekolah, sakit perut, sakit kepala dan sebagainya. Menurut Eva, anak juga bisa mengalami gangguan makan dan tidur seperti tidak nafsu makan, tidak mau makan, bulimia yakni memuntahkan makanan yang sudah dimakan, mengalami mimpi buruk dan sulit untuk tidur.

Penelitian menunjukkan, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual bisa mengalami depresi, rasa bersalah pada diri sendiri, kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain dan suka berganti pasangan di usia remaja.

Selain itu, hubungan anak dengan pelaku juga berpengaruh sehingga apabila pelaku ini orang terdekatnya, maka bisa meningkatkan rasa cemas dan mempengaruhi kepribadian serta kondisi sosial dan emosional anak.

Anak 4X lebih mungkin mengalami perilaku atau upaya bunuh diri, 4X lebih besar melakukan hubungan seksual sebelum usia 15 tahun serta 4,5 kali lebih mungkin mengalami depresi.

Dampaknya tergantung pada beberapa faktor antara lain usia anak saat mengalami kekerasan, frekuensi dia mengalami kekerasan dan derajat beratnya kekerasan yang dialami.

Jadi, penting sekali bagi para orang tua untuk memperhatikan kondisi dan perubahan perilaku pada anak. (jpc)

424 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.