Menapaktilasi Jejak Perjuangan Tokoh Islam di Tanah Barito (13)

Perjuangan mengusir penjajah Belanda dari tanah Barito pada abad 18 hingga abad 19 tercatat dalam sejarah. Salah satunya adalah Perang Barito yang dipimpin pejuang muslim sekaligus tokoh Dayak, Tumenggung Surapati. Orang kepercayaan Pangeran Antasari ini berhasil menenggelamkan Kapal Onrust, kapal perang milik Belanda, tepatnya pada 26 Desember 1859. Bukti-bukti peperangan sengit kala itu masih bisa dilihat sampai saat ini.
ROBY CAHYADI, Muara Teweh
SEBELUM ditenggelamkam dalam Perang Barito pada 26 Desember 1859, Kapal Onrust milik Belanda sempat berlabuh di Pelabuhan Telawang Banjarmasin. Lewat perjuangan rakyat yang dipimpin Tumenggung Surapati, akhirnya kapal perang canggih milik Belanda itu berhasil ditenggelamkan di Sungai Barito. Hingga kini, bangkai Kapal Onrust masih bisa terlihat saat musim kemarau.
Selain itu, bukti sejarah perjuangan sengit para pejuang mengusir penjajah Belanda dalam Perang Barito juga masih tersimpan rapi. Salah satunya meriam yang pernah digunakan Tumenggung Surapati saat bertempur melawan serdadu Belanda. Meriam itu masih tersimpan di rumah keturunannya. Rumah keturunan generasi kelima terletak di Jalan Tumenggung Surapati, Muara Teweh.
Tumenggung Surapati sendiri merupakan tokoh Islam abad 18, yang lahir di Desa Tumbang Bahan, Kabupaten Murung Raya. Tokoh ini diketahui beberapa kali berjuang bersama Pangeran Antasari di Kabupaten Barito Utara.

Meriam ini diperkirakan berumur 192 tahun dan mulai ditangani Surapati pada 26 Desember 1859. Kala itu Tumenggung Surapati yang memimpin penyerangan ke Kapal Onrust.
“Surapati menghabisi komandan Kapal Onrust, Letnan Van Der Velde dan Letnan Bangert C, serta delapan orang perwira. Meriam ini diperkirakan dibuat VOC tahun 1823,” terang Ariel Rakhmadan, keturunan Tumenggung Surapati, Rabu (5/4).
Nama asal Tumenggung Surapati adalah Unjung Surapati. Raja Banjar mengangkat Unjung Surapati menjadi Tumenggung Surapati, karena merupakan kepala suku. Selama perjuangan melawan penjajah, Surapati selalu bersama Pangeran Antasari.
Diceritakan Ariel, Tumenggung Surapati membuat rumah di Desa Muara Bahan, Kabupaten Murung Raya (antara Batu Tuhup dengan Muara Laung).
“Sisa-sisa rumahnya masih ada, tapi saya lupa mengabadikannya. Bangunan itu khas, ulinnya saja setengah meter lebarnya. Warga setempat tidak berani mengganggu. Jangankan mengambil, tertimpas saja dipercaya bisa sakit,” tuturnya. Dahulu, tiap 17 Agustus kisah kepahlawanan Tumenggung Surapati selalu didramakan di Balai Nasional Muara Teweh. Karena memang Belanda sempat mengadakan sayembara untuk menangkap Tumenggung Surapati. Jangankan orangnya, kuburnya pun dicari Belanda. Karena itulah, ketika meninggal dunia, jenazah Tumenggung Surapati dikubur di Kalang Barah, Sungai Mumban, Kecamatan Murung. Setelah Indonesia merdeka, kuburnya dipindahkan ke TMP Puruk Cahu. (*bersambung/ce/ala/kpfm)