Fakultas Psikologi UI Jalin Kerja Sama Dengan BNN Untuk Intervensi Penyalahgunaan Narkoba 

Dekan FPsi UI, Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog dan Deputi Rehabilitasi BNN RI Dra. Riza Sarasvita, M.Si., MHS., Ph.D. (ANTARA/ Foto: Humas UI)

Menjaga Kesehatan Mental Adalah Kunci

JawaPos.com – Peredaran narkoba di dunia khususnya di Indonesia telah memasuki fase yang mengkawatirkan. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, jenis-jenis narkoba pun turut berevolusi. Tercatat ada 1.150 new psychoactive substances (NPS) yang beredar di beberapa negara. Sebanyak 91 jenis di antaranya teridentifikasi dan tersebar di tanah air.

Data Badan Narkotika Nasional (BNN) sepanjang 2022 setidaknya ada 4,8 juta orang menyalahgunakan narkoba. Angka ini hanya sebatas gunung es. Karena berpotensi mashh banyak yang terpapar namun belum diketahui.

Mirisnya, pemakai narkoba memiliki rentang usia dari 15-64 tahun. Tingkatan keparahannya mulai ringan, sedang, dan berat. Kondisi ini tentu mengancam masa depan bangsa, terlebih Indonesia akan memasuki bonus demografi pada 2045 mendatang.

Kondisi ini yang mendorong Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) menjalin kerja sama dengan BNN RI. Kerja sama ini meliputi 3 hal. Pertama pembuatan modul untuk kegiatan kursus atau pelatihan pendidikan informal terkait penanganan pecandu narkoba sampai dengan proses pemulihan dari aspek psikologi.

Kedua dari sisi pendidikan formal, UI akan membuka program magister atau strata 2 (S2). Program ini akan dimulai pada 2024 mendatang, dengan mahasiswanya dari pegawai-pegawai BNN dan umum. Ketiga kerja sama berupa pengerjaan riset dan intervensi terhadap pelaku penyalahgunaan narkoba dari sisi psikologi.

Untuk modul akan dibuat adaptasi dari modul yang dimiliki oleh organisasi pembangunan ekonomi dan sosial Asia-Pasifik, Colombo Plan. Adapula penelitian baru yang dilakukan oleh UI bersama BNN untuk mendalami hal-hal yang tidak termuat dalam modul milik Colombo Plan.

“Dari Colombo Plan juga sudah ada modul, nanti ada yang kita adaptasi, ada yang dikembangkan baru,” kata Dekan Fakultas psikologi UI Bagus Takwin saat berbincang dengan JawaPos.com.

Baca Juga: Hulunisasi Solusi UI Jembatani Peneliti Dengan Industri, Science Techno Park Jadi Visi Masa Depan

Modul ini akan mencakup tahapan penanganan pecandu narkoba dari sudut pandang psikologi, penyebab kecanduan, perilaku pemakai narkoba, penyebab kembali memakai narkoba setelah berhenti. Lalu akan dibahas mengenai proses pemulihan atau recovery.

“Kalau kita lihat datanya, belum cukup orang untuk mendapat keterampilan itu, nanti akan dilatih di sini untuk menangani penyalahgunana itu. Dengan modulnya, dengan intervensi lingkungan kami bantu mengajar atau melatih orang-orang dari BNN, nanti mereka pakai untuk program-program di lokasi rehabilitasi,” ucap Bagus.

Sementara untuk pendidikan formal akan dibuka mulai pertengahan 2024. Untuk pendaftaran dibuka pada Februari 2024. Adapun kuotanya sekitar 20 orang per angkatan, dengan syarat bisa lulusan S1 dari berbagai jurusan.

Proses seleksi sendiri berjalan sesuai standar UI. Oleh karena itu, tidak semua pegawai BNN pun bisa mengikuti program ini. Program ini bisa ditempuh selama 2 tahun layaknya program magister pada umumnya. Namun, bila mahasiswanya rajin bisa dipangkas menjadi 1,5 tahun dan paling lama 3 tahun.

Faktor-faktor di atas yang mendorong UI menjalin kerja sama dengan BNN dalam upaya melakukan intervensi penyalahgunaan narkoba. Serta bagi yang telah terpapar bisa diberi pemulihan agar sembuh kembali dan tidak memakai lagi narkoba.

“Kalau untuk penanganan program-program harapannya sebenarnya dalam beberapa tahun transfer ilmu bisa dilakukan, sehingga bisa mandiri,” jelas Bagus.

Fakultas psikologi UI berharap kerja sama ini bisa berjalan berkesinambungan. Sehingga masalah narkoba bisa terus ditekan jumlahnya. Dengan begitu, fokus intervensi penyalahunaan narkoba bisa beralih ke tahap pencegahan, dan kampanye hidup sehat.

Upaya pencegahan seseorang terpapar narkoba adalah hal yang sangat penting. Sebab, konsumsi narkoba memiliki banyak bahaya. Mulai dari melemahkan kognitif, menjadikan orang ketergantungan, organ fisik dan psikis menjadi melemah, menjadikan seseorag pasif, gangguan emosional, serangan panik, berhalusinasi, hingga tidak bisa membedakan nyata dan ilusi. Dari dapat yang bersifat individu tersebut bisa merambat ke rusaknya kondisi sosial masyarakat.

Terlebih, proses penyembuhan pecandu narkoba membutuhkan waktu yang relatif lama. Bisa berbulan-bulan bahkan hitungan tahun, tergantung kondisi pemakai.

“Karena bukan masalah kecanduan saja, tapi kecenderungannya balik lagi. Untuk menyetop itu bisa lebih mudah, tapi tidak dengan mencegah tidak kembali kecanduan, itu butuh waktu,” ungkap Bagus.

Setelah berhasil ditangani dan sembuh dari pemakaian narkoba, pecandu masih harus menjalani konseling rutin. Langkah ini guna mencegah mereka terpapar kembali oleh narkoba.

Oleh karena itu, Bagus menilai menjaga kesehatan mental adalah kunci utama dari upaya pencegahan terpapar narkoba. “Menjaga mereka sehat mental itu penting. Menguatkan mereka tahan dari serangan narkoba, ada pengenalan narkoba-narkoba, ada banyak yang akan kita pelajari, jenis-jenis teknologi penggunaan narkoba,” tegasnya.

UI sendiri merasa lebih diuntungkan dalam mencegah mahasiswanya atau civitas akademik lainnya terkena paparan narkoba. Sebab, seseorang yang masuk ke UI cenderung berorientasi dalam mendapat pendidikan tinggi. Sehingga cenderung memiliki hubungan sosial tinggi.

“Iya kuncinya kesehatan mental, kecenderuangan mental juga haru dipahami dinamis. Pas awal masuk sehat mental, tapi belum tentu seterusnya begitu, fasilitas lingkungkan juga dijaga untuk menjaga kesehatan mental,” tutup Bagus.

 Menurut Bagus, penyebab seseorang menggunakan narkoba ada banyak. Di antaranya, persoalan individu, terbawa pergaulan, merasa tidak enak kepada teman pemakai, faktor interpersonal, sosial, dan lain sebagainya.

Adapun cara mencegah seseorang dari paparan narkoba menurut penulis buku Soeharto: Ramuan Kecerdasan dan Masa Kecil yang Liat ini ada beberapa hal. Seperti membangun kesadaran seseorang bahwa mereka punya peran penting di komunitas masyarakat.

Membangun kesadaran ada banyak cara untuk seseorang dianggap berharga dan bermakna, membangun rasa aman, mencegah seseorang merasa tak berharga, seseorang harus menyadari bahwa kesenangan atau solusi yang ditawarkan narkoba hanyalah ilusi, dari aspek lingkungan juga harus menghargai satu sama lain, saling mengaku secara tulus bahwa setiap orang berguna.

Sejauh ini UI sendiri sudah turut serta berkontribusi dalam upaya melawan narkoba. Mulai dari mengirim tenaga pendidiknya sebagai narasumber seminar, hingga menjadi konseling di lembaga rehabilitasi. Namun, sejauh ini sifatnya baru orang per orang. Melalui kerja sama ini maka akan terjadi program yang lebih sistematis antar lembaga. (jpc/kpfm)

275 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.