GERBANG POLITIK

Kadarisman
KABUPATEN Barito Timur merupakan satu dari sejumlah daerah yang bakal menggelar pilkada serentak tahun 2024. Kontestasi politik yang hanya menyisakan kurang lebih delapan bulan ke depan itu, sejatinya sudah di ambang mata. Jalan menuju kontestasi mesti sudah disiapkan. Terlambat bersiap, berarti menunda kemenangan.
Pilkada Bartim tahun ini menjadi menarik karena ketiadaan petahana. Tidak adanya petahana membuat semua kandidat yang berkontestasi memiliki peluang sama. Tinggal bagaimana masyarakat Bartim yang menentukan figur mana yang layak untuk dipilih.
Selain terbukanya peluang berkontestasi, sejatinya Tanah Gawi Jari Janang Kalalawah itu sekaligus menyediakan tantangan. Kandidat bakal calon Bupati Bartim ke depan harus mampu mengetengahkan kepemimpinan yang progresif.
Pemimpin progresif mesti mampu mengelola pemerintahan efektif dan berorientasi public, sehingga memberi dampak kinerja pemerintahan sampai pada pertumbuhan ekonomi secara makro dan mikro. Tantangan ini menjadi suguhan kepemimpinan politik masa mendatang, mengingat Bartim menunggu untuk ditumbuhkan.
Berkaca pada data statistik, beberapa tahun terakhir jumlah penduduk miskin di Bartim cenderung naik. Mulai dari 7,97 persen tahun 2019, menjadi 8,59 persen tahun 2023. Meningkatnya jumlah penduduk miskin menunjukkan bahwa angka pertumbuhan ekonomi sedang tidak baik-baik saja. Sebab, Bartim sendiri pernah mencatat pertumbuhan ekonomi di angka 5,45 persen pada tahun 2019, lalu menjadi 3.47 persen pada tahun 2023, setelah sempat minus pada tahun 2020.
Menjadi Bupati Bartim periode 2024–2029 harus mampu menjawab tantangan ekonomi, kemiskinan, pengangguran terbuka, serta tata kelola pemerintahan yang baik. Figur-figur pemimpin yang dapat menyuguhkan konsep bagaimana Bartim ke depan yang lebih baik menjadi layak untuk diperhitungkan.
Lantas siapa figur tersebut?
Kendati Bartim merupakan kabupaten yang masih belia, tetapi kabupaten ini tidak kekurangan tokoh potensial. Ambil contoh, Supriyatna. Politikus Partai Golkar itu memiliki potensi meraih kepercayaan publik dalam kontestasi pilkada. Namanya tidak ujug-ujug muncul. Sejatinya dia memiliki kapital elektabilitas yang cukup baik pada pilkada 2018 lalu.
Supriyatna merupakan kompetitor tahun 2018 yang cukup merepotkan petahana. Dia mampu meraih 33,51 persen suara dan hampir saja menyamai perolehan suara petahana. Supriyatna memiliki basis massa yang potensial di beberapa kecamatan, seperti Dusun Tengah, Paju Epat, Pematang Karau, dan Raren Batuah.
Tidak hanya Supriyatna, Bartim juga memiliki tokoh lain seperti Eskop. Ketua DPC Gerindra itu seolah menunjukkan tuahnya pada pemilu legislatif tahun 2024. Selain mampu menembus ke “Rumah Rakyat”, Eskop juga mampu mendongkrak perolehan kursi partai.
Eskop tidak semata sebagai seorang politikus. Pria tersebut kenyang makan asam garam di dunia birokrasi. Totalitasnya di masa lalu mampu mengantarnya ke posisi puncak karier dengan menempati jabatan sekretaris daerah hingga sempat diamanahkan sebagai pelaksana tugas bupati.
Selain dua tokoh tersebut, gaung ketokohan Ariantho S Muler juga tak dapat dipandang sebelah mata. Rantai pengalaman politiknya dalam kemenangan pilkada menjadi modal penting dalam meraih elektabilitas ketika dipertandingkan di helatan pilkada.
Tokoh lain yang juga potensial tentu saja ketua DPRD saat ini, Nur Sulistio. Perolehan suaranya pada pemilihan legislatif terbilang besar. Dia mampu meraih suara terbanyak melampaui kader partai mana pun, dengan mengoleksi 2.540. Hanya memang dalam pilkada tak boleh ada dua matahari.
M. Yamin juga memiliki kans jika dimajukan. Namanya cukup berkibat pada beberapa periode lalu. Walau tidak menjabat sebagai ketua partai, ia berhasil menunjukkan elektabilitasnya yang cukup besar pada pileg 2024.
Terlepas dari semua itu, kemenangan kontestasi politik sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Tidak hanya soal figur dan ketokohan. Di antaranya adalah aktor koalisi partai politik. Terlebih di Bartim, tidak satu pun partai politik mampu mengusung secara mandiri pasangan calon untuk pentas pilkada. Perolehan kursi di DPRD Bartim menuntut untuk dilakukan koalisi.
Faktor penting kedua adalah data ilmiah. Data ilmiah menjadi penentu apakah seseorang memiliki kelayakan dalam pertarungan. Data ilmiah juga menjadi kunci menyeleraskan mesin politik agar bekerja efektif dan efiesen.
Lalu siapa yang kuat berebut kursi Bartim 1? Mereka yang kuat adalah mereka yang dipilih oleh rakyat. Biarkan waktu delapan bulan ke depan yang akan menjawab. Dan Biarkan jawaban itu berselaras dengan kehendak masyarakat yang penuh harap. (*/kpfm)